SEBUAH KENANGAN
■imamrobandi
smiles in morning
__
Sebuah foto kenangan, saat itu menjadi MC bersama Hatori-さん tahun 1998 di Hall 岡山大学. Saat itu acara pengumpulan dana untuk Indonesia yang sedang mengalami krisis. Hari itu angkasa di Okayama adalah sangat cerah. Hari berikutnya saya diundang di 津山 untuk mengisi acara ‘obrolan’ ringan tentang Indonesia.
Memang, 岡大 terlalu banyak kenangan. Kurasawa-さん semoga masih sehat selalu, Obatake-さん juga semoga masih sehat. 桑の木町 juga masih saya ingat, dan juga Fujiya. Saya pernah diajak bersepeda sampai ke Izumiya, ternyata sampai di sana hanya untuk membeli eskrim saja. Di Okayama saya pertama kali mengenal sosis, dan juga nato yang rasanya sulit didefinisikan.
Surabaya pagi ini sangat cerah, bakul sayur sudah melewat depan rumah dengan sangat ramah, ‘sayur, sayur’. Sayur asem ada pak, tanya saya. Sayurnya ada pak, asemnya tidak ada, jawab tukang sayur. Asemnya diganti jeruk saja ya pak, atau kedondong, ini ada, jawab tukang sayur dengan penuh semangat.
_
June 9, 2023
Ini adalah tulisan terbaru dari Prof. Imam Robandi. Tulisannya diberi tagline Smiles in the morning. Saat Smile viral di grup Whatsapp, biasanya banyak berisi mengenai kelucuan dan konyolan. Kali ini berbeda, Smile membuat kita mengembara ke tahun 1998. Saya jadi ikut membayangkan apa yang terjadi pada saya tahun 1998. Kita bahas itu nanti. Sekarang, saya sedang ikut tersenyum karena ulah tukang sayur yang memberikan solusi karena dia tidak dapat memberikan yang pembeli inginkan. Selain itu, saya uga sedang membayangkan beliau sedang mengenang suasana saat itu dan teringat semua kenangan yang terjadi sehingga tersenyum. Prakiraan saya, kenangannya adalah menyenangkan dan mengharukan. Ini terlihat dari penulis menyebutkan beberapa nama orang (saya berasumsi adalah kolega Prof. Imam di Jepang) dan kejadian istimewa yang terjadi saat berteman dengan mereka. Beliau juga menerangkan dimana lokasi foto itu diambil dan dalam acara apa. Dari latar belakang panggung dalam foto, samar-samar saya melihat tulisan LOVE dan NESIA. Saya rasa itu adalah LOVE dan INDONESIA karena beliau menyebutkan bahwa saat itu sedang menjadi MC dalam acara penggalangan dana di tahun 1998, saat Indonesia sedang krisis moneter. Saya tidak menahu berapa dana yang berhasil dikumpulkan. Hal yang pasti adalah berteman, saling membantu, dan solidaritas dapat saya rasakan dalam tulisan dan foto tersebut. Bagaimana teman-teman Prof.Imam bergerak untuk Indonesia meskipun saat itu sedang berada di luar negeri, Jepang.
Smile adalah tulisan pendek dan biasanya lebih banyak tanpa sebuah foto. Kali ini berbeda. Ada foto di dalamnya. Ini seperti sebuah penegas dari tulisan singkat Prof.Imam pagi ini. Karena inilah saya ingin menginterpretasinya. Saya jadi teringat tentang pelajaran Photovoice sewaktu kuliah. Photovoice memberikan prioritas pada interpretasi foto, bukan hanya sekadar penampilannya (Wang & Burris, 1997). ini yang sedang saya coba analisa di paragraf awal. Fokus utama dalam photovoice adalah pada isi dan makna yang diungkapkan oleh para fotografer, bukan kualitas visual dari foto itu sendiri (Wang, 1999). Jika melihat jepretannya, ini diambil untuk dokumentasi pribadi bukan profesional, sebab terlihat komposisi profesional tidak begitu diperhatikan. Ataukah ini foto lama? jadi memang semakin samar terlihat. Bisa jadi.
Photovoice mengungkapkan makna melalui konteks dan perspektif orang dalam (insider’s perspectives), sebagai cara untuk mendapatkan wawasan dan membangkitkan wacana tertentu dalam realitas sosial dan budaya. “Orang dalam” di sini adalah Prof.Imam sendiri yang sedang berada di dalam foto pada tahun 1998. Yang terakhir dalam Photovoice, adalah terdapat persimpangan antara dunia pribadi dan publik dalam upaya untuk mempublikasikan dan mempolitikan perjuangan pribadi melalui fotografi, narasi, dialog kritis, dan tindakan sosial. Ini adalah sebuah smile yang mempunyai nilai pribadi dalam mengenang teman-teman beliau dan nilai universal dalam hal menggalang persaudaraan dari dua negara. Dengan demikian, teori photovoice yang menyatakan bahwa Photovoice adalah mengembangkan fotografi dari sebuah bentuk seni menjadi praxis keterlibatan sosial-politik terbukti. Setidaknya dalam foto ini.
Mengenai Photovoice dapat dilakukan dengan cara yang dikenalkan oleh Wang dan Burris yang mereka sebut “SHOWeD.” Singkatan ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan berikut: (a) Apa yang Anda Lihat (See) di sini? (maksudnya dalam foto) (b) Apa yang sebenarnya terjadi (Happening) di sini? (c) Bagaimana hal ini berhubungan dengan kehidupan kita (Our Life)? (d) Mengapa situasi, kekhawatiran, atau kekuatan ini ada (We)? (e) Apa yang bisa kita lakukan (Do) tentang hal itu? (Wang 1999). Fokus dari photovoice bukanlah menciptakan konsensus kelompok, melainkan lebih kepada menyajikan dan mengeksplorasi berbagai pengalaman dan realitas yang memungkinkan peserta untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang masyarakat (Foster-Fishman dkk., 2005).
Satu lagi ciri khas Prof.Imam dalam menulis smile, narasi pendek dan memuat berbagai hal. Smile ini diakhiri dengan kondisi faktual yang terjadi saat tulisan dibuat. Tentu ini adalah dalam rangka merekam kenangan masa kini. Kita tunggu lain waktu, pasti muncul kembali bakul sayur depan rumah. Selain pastilah tukang sayur akan selalu lewat depan rumah juga karena Prof.Imam selalu mengingatkan untuk mengikat ilmu dan kenangan dengan tulisan dan hasil jepretan.
This is how we keep memorizing.
Sumber Utama:
Imam Robandi, 9 Juni 2023, Sebuah Kenangan, WAG IRO-PACIFICS (08.02)
Sumber Pendamping:
Foster-Fishman, P., Nowell, B., Deacon, Z., Nievar, M. A., & McCann, P. (2005). Using methods that matter: The impact of reflection, dialogue, and voice. American journal of community psychology, 36, 275-291.
Wang, C., & Burris, M. A. (1997). Photovoice: Concept, Methodology, and Use for Participatory Needs Assessment. Health Education & Behavior, 24(3), 369–387. http://www.jstor.org/stable/45056507
Wang CC. Photovoice: a participatory action research strategy applied to women’s health. J Womens Health. 1999 Mar;8(2):185-92. doi: 10.1089/jwh.1999.8.185. PMID: 10100132.
Keren nih, ingin belajar dan dapat memposting artikel sederhana, namun tersisip maknan
masih belajar ini buuu
Mencerahkan. Satu cara menanggapi sebuah tulisan orang dengan penuh apresiasi. Keren bingiiit
istimewa bener nih bunda Dyah, semangat mencapai puncak
barokallah